Tuesday, 1 November 2016

CERPEN : REVISI HATI


REVISI HATI
Oleh : Dwi Utami


Pagi hari yang cerah ini membawa Aku ke sebuah tempat. Perjalanan terasa panjang dan melelahkan. Ini baru permulaan. Kutinggalkan kemewahan dan semua fasilitas yang diberikan orangtuaku. Tawaran sebuah pekerjaan di kota metropolitan meyakinkan aku pada impianku. Aku ingin hidup  mandiri dan menunjukkan kepada semua orang bahwa aku dapat menghidupi diriku tanpa bantuan orang tua. Ada hal lain juga yang membuatku ingin tetap teguh pendirian, aku ingin membuktikan pada seseorang.
Satu tahun yang lalu, aku mulai membuka perasaanku pada seseorang yang tak lain adalah teman sekaligus tetanggaku. Dia sudah tahu kebiasaanku, watakku, dan termasuk kekayaan orang tuaku. Niko, namanya. Dia tinggi, sawo matang warna kulitnya, tetapi bukan itu alasanku mencintainya. Sampai saat inipun aku tidak mengetahui alasanku mencintainya. Prasangkaku tidak jauh dengan kenyataan, dia juga memiliki perasaan yang sama. Perasaan itu tidak salah tetapi keadaan dan kondisi yang menjadi permasalahan. Dia merasa tidak sepadan denganku. Aku sudah menjelaskan bahwa keadaanku dan keadaannya sama, dan aku ingin memulai dari nol. Aku tidak membutuhkan lagi uang sepeserpun dari orang tua.
Malam itu aku bertemu dengan Niko dengan perasaan yang berkecambuk, aku akan membuktikan bahwa ia pantas bersanding denganku. Aku tahu cintanya tulus, tetapi dia terlalu mengulik perbincangan orang lain tentangnya, dia tidak ingin dibanding-bandingkan oleh orang lain tentang kesenjangan ekonomi keluargaku dengan keluarganya dan sebagai laki-laki ia ingin menunjukkan bahwa ia kelak dapat menafkahi keluarganya dengan kerja kerasnya tanpa mengusik meminta bantuan dari orangtua. Aku rasa dia terlalu sempurna untukku, akankah aku  pantas bersanding dengannya kelak jika aku masih bermalas diri. Dan aku memutuskan untuk pergi merantau dan membuktikannya. Setelah aku lulus dari kuliah aku langsung magang dan bekerja sebagai reporter.
Tidak aku pungkiri bahwa jarak telah memisahkan aku dengannya, aku berjanji dengan diriku sendiri untuk bekerja keras dan menghapus kata manja yang telah menghujatku, dan dia berjanji untuk bekerja keras juga hingga ia lebih sukses dari orangtuaku.
Hari-hariku tanpanya menjadi hampa. Rasanya aku seperti selalu sendiri, mimpi yang telah kurancang dan kutulis seakan sia-sia menjadi rematan kertas, aku ingin pergi dari penat ini, tetapi aku takut menghadapi dunia luar yang tak bersahabat, aku ingin berjalan bersamanya beriringan langkah dengannya. Aku terlalu takut untuk melangkah sendiri, aku ingin menikmati dunia dan membagi semua hal bermanfaat bersamanya, karena bersamanya aku tidak lagi takut untuk menghadapi dunia. Cinta yang kumiliki  mungkin tak sebesar cinta semua orang yang mencintai kekasihnya, tetapi ketulusan mencintainya dan keikhlasan menunggunya serta bersabar untuk berdamping dengannya mungkin itu yang membedakannya. Jarak yang memisahkan aku dengannya tidak ada artinya jika saling mengkhianati satu sama lain, dan yang ku tahu aku tak perlu khawatir dengan suatu hal yang tidak penting dan mengganggu fokusku dan aku percaya dengan janjinya malam itu.
Rasa takutku hilang saat aku mulai meresapi kata-katanya. Aku menunggu janjinya dan suatu saat aku akan menagihnya tepat waktu. Mungkin waktu yang hanya mampu mengikis rasa rinduku. Setiap pagi datang, aku selalu merasa bahagia karena hari telah bertambah hingga hari pertemuan dengannya datang disaat yang tepat.
Aku ingin menjadi pendengar yang baik saja dan aku ingin selalu memandang wajahnya ketika ia mulai bercerita. Saat itu mentari sangat terik, keringat diwajahnya mulai bercucuran, dia datang dengan sepeda onthelnya, aku hanya duduk manis di dekat pohon kersen di alun-alun kota. Aku sangat menunggunya. Akhirnya rinduku mulai berkemas dan pulang dirumah tuannya. Dia menceritakan segala yang dihadapinya. Dia memulai bisnisnya dengan cuma-cuma tanpa modal, ia ditawari oleh pamannya untuk menjualkan pekarangannya. Kemudian setelah berhasil menjualkan tahan itu  dia mendapatkan upah, dia tak kehabisan akal, dengan upah yang lumayan tersebut dia mengembangkan uang itu dengan membuat gerobak somai dan menyewakannya. Dan dia juga mulai tertarik dengan bisnis properti yang pada saat itu sedang prospek. Itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan olehnya disaat pemuda yang lain masih terlena dengan gadget baru atau permainan cinta dan sebagainya.
Haru dan semangat baru kutemukan di raut wajah pemuda tampan itu. Sekali lagi aku ingin meluapkan rasa cinta dan rindu itu. Dia tetap rendah hati ketika ia mulai di puncak kejayaan bisnis barunya. Aku turut bahagia dengan hal itu tetapi entah mengapa ada hal yang mengganjal dalam benakku. Pagi itu aku melihat Mbok Jah yang sering bantu masak ibuku, raut mukanya tak secerah dulu, isak tangisnya menetes dipundakku. Aku merelakan hati setelah Mbok Ijah menceritakan semua hal yang terjadi dengan usaha ibuku, perusahaannya gulung tikar dan banyak karyawannya yang memutuskan untuk berhenti kerja. Ibu tidak langsung berbicara denganku, aku sangat kecewa dengan hal itu, mungkin Allah telah memberikan yang terbaik seperti ini dan untunglah aku bukanlah anak manja yang mengharapkan warisan dari orangtua. Hal itu mungkin yang mengganjal di relungku, Niko sudah bisa membuktikan bahwa ia sudah mapan tetapi berbalik dengan keluargaku yang terombang-ambing perekonomiannya.
Daun-daun jatuh tepat di pelupuk mataku. Aku memejamkan mata untuk mengambil daun itu, dan saat aku membuka mata degup jantungku kian menyesakkan napasku. Cincin emas membuatku terkejut dan refleks kataku langsung menolaknya bahkan dia belum berkata-kata apapun maksud dari pemberian cincin tersebut. Kata maaf menjadi ucapan terakhirku dengannya.
Jika dia tahu apa yang sebenarnya yang kurasakan. Ada hal yang membuatku untuk mengatakan kata yang mungkin tidak pernah terbayang di benakku tetapi sangat terngiang dan sulit untukku lupa ketika aku mengucapkannya. Mungkin ini adalah perasaan ketidaksepadanan saat itu yang dirasakan olehnya dan aku merasakannya pula. Aku merasa tidak cocok untuk bersanding dengannya karena saat ini keluargaku bangkrut dan membutuhkan pertolonganku untuk memulihkan keadaan, ibuku yang membangun usaha dan mengurusnya sepanjang hari mulai lelah dengan keadaan yang menjatuhkan dirinya, aku akan menjadi penghibur hati ibu sekaligus tulang puggung keluarga. Niko sudah bahagia dengan kehidupannya dan aku tidak ingin mengusiknya.
Malam tidak ada bintang itu sudah biasa bagiku tetapi sungguh luar biasa ketika bintang yang aku inginkan lepas begitu saja dan yang aku tahu bintang itu mungkin tidak muncul kembali. Namun prasangkaku salah saat itu. Dia mengunjungiku dan ibu, apa yang harus kulakukan setelah aku melukainya dan dia tetap berusaha seakan-akan tidak ada yang terjadi dan aku tidak melakukan kesalahan.
Angin ingin kuhentikan waktu dan aku ingin merevisi hatiku, aku telah melukai orang yang aku cintai. Dia menatapku dan tatapannya begitu dalam hingga aku tak mampu menahan air mata yang kian mendesak. Ku lihat matanya juga berkaca, saat itulah aku paham dengan yang benar-benar ia rasakan. “Penantian, pengorbanan, perjuangan akan sia-sia jika diakhiri begitu saja, ayo kita hadapi bersama-sama, bukankah cinta tidak memandang berapa jumlah uang kita? Apa bisnis yang  kita miliki? Tidak akan ada cinta bila ada pertanyaan konyol semacam itu.” Dia belajar banyak hal tentang cinta, aku malu dan ingin aku perbaiki hati ini agar tak salah lagi dengan cinta.














Sunday, 30 October 2016

Usaha Mikro Kecil dan Menengah Modal Kecil Untung Besar

Usaha Mikro Kecil dan Menengah Modal Kecil Untung Besar


Apabila Anda berada di pedesaan maka Anda dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang di hasilkan setempat, misalnya terdapat banyak ketela pohon di buat menjadi olahan khas daerah seperti keripik singkong dan gatot. Anda bisa membelinya dengan harga murah dan mempekerjakan masyarakat sekitar. Sedangkan di perkotaan, Anda bisa mengasah keahlian Anda dalam bidang pemasaran misalnya dengan membuka toko online justru lebih menguntungkan. Contoh usaha mikro kecil dan menengah yang lain seperti  lesehan, reseller baju, pertanian sayuran organik, dan bisnis yang lain yang sangat mudah untuk di jadikan usaha mikro kecil dan menengah. Jenis-jenis usaha mikro kecil dan menengah yaitu diantaranya di bidang kuliner, fashion, pendidikan, otomotif, agrobisnis, dan teknologi internet. Bisnis di bidang kuliner akan sangat menjamin bagi Anda karena makanan selalu dibutuhkan semua orang. Tidak kalah dengan bisnis makanan, bisnis di bidang fashion pula akan tetap eksis tentunya dengan inovasi mode. Bisnis yang bergerak di bidang pendidikan akan menjadi sorotan utama misalnya untuk saat ini banyak tempat yang membuka les bahasa asing mengingat adanya pasar global di Indonesia. Bisnis otomotif di Indonesia juga mengalami kemajuan pesat, sehingga banyak pula peluang bisnis spare part, cuci mobil, dan jasa bengkel. Agrobisnis sangat cocok sekali bagi orang-orang desa yang mencocok tanam secara organik karena kebanyakan orang saat ini membutuhkan asupan gizi yang aman dan sehat. Selain itu di bidang teknologi saat ini mulai merambah ecommerece seperti bukalapak, tokopedia, olx.com yang mempermudah orang untuk memasarkan produk

Anda tidak perlu bingung untuk memilih jenis usaha mikro kecil dan menengah yang akan Anda jalankan. Asalkan ada niat dan keberanian yang utuh maka Anda akan dapat mewujudkannya. Ketika bisnis kita mungkinakan di hadapi dengan kegagalan akan tetapi setelah adanya kegagalan-kegagalan maka Anda akan mengerti langkah yang seharusnya dilakukan. Lebih baik mencoba dari pada tidak sama sekali, Anda mencoba maka akan ada peluang sukses untuk berbisnis. Perbedaan usaha mikro kecil dan menengah. Usaha mikro adalah suatu suaha yang produktif milik individu atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sesuai Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah. Usaha kecil yakni sejenis usaha ekonomi yang berdiri sendiri secara produktif yang dilakukan individu atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan dengan memiliki kekayaan bersihlebih dari Rp 50 juta. Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi yang berdiri sendiri secara produktif yang dilakukan oleh individu atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan dengan memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta. Kriteria usaha mikro kecil dan menengah. Usaha mikro memiliki asset maksimal 50 juta dengan omzet maksimal 300 juta, usaha kecil dengan asset 50-500 juta dengan omzet 300 juta-2,5 miliar, dan usaha menengah dengan asset lebih dari 500 juta dengan omzet 2,5-50 miliar.


cerpen : MENANTI CINTA SUPRATMAN

MENANTI CINTA SUPRATMAN
(oleh Dwi Utami)

      Namaku Wanda Ramadhan Suprati, entah mengapa orang tuaku memberi mahkota yang amat besar dihati ini, seperti inisial nama  pahlawan yang memang kusegani karena kepandaiannya dalam menciptakan lagu dan bermain musik. Sebagian keluargaku berprofesi sebagai musisi mungkin itu menjadi alasan kedua orang tuaku memberi nama yang mirip dengan pahlawan yang menciptakan lagu Indonesia Raya itu. Wage Rudolf Supratman, namanya gagah tepateri di setiap lirik lagu kebanggaan Indoesia, aku ingin seperti beliau menciptakan lagu dam memainkan melodi yang mendidihkan nadi.
      Tempat tinggalku jauh dengan lampu sorot kota yang menyilaukan, kedinginan di malam hari membuatku ingin membuat sajak cinta yang dapat dikenang oleh setiap manusia di bumi seperti WR Supratman yang juga terlahir di kota kecil namun karyanya menghiasi ibu pertiwi. Ibuku pernah berkata bahwa keinginan akan terwujud apabila ada usaha dengan keja keras dan pantang menyerah, tentunya berdoa kepada yang maha mengabulkan. Ibuku seorang yang lemah lembut yang mengajarkan aku membuat sajak-sajak kehidupan, sajak yang penuh arti tenatang kehidupan, sajak yang menjadi doa bagi seluruh umat. Aku teringat dengan sajak “disanalah aku berdiri jadi pandu ibuku” karya WR Supratman yang selalu mengiringi upacara hari senin, terlihat dari sajaknya beliau memang sosok yang lembut hati dan selalu mengingat sosok ibu yang melahirkan, itu adalah salah satu alasan mengagumi pahlawan Indonesia, dan aku sangat bangga dan menghargai pemberian nama dari kedua orangtuaku.
      Senin gerimis mengikis batu-batu yang meringis ada pula yang menangis, sepatuku basah kuyup seragam putih abuku juga. Di musim penghujan ini di sekolahku jarang melaksanakan upacara hari senin, itu sangat disayangkan, tiada lagu Indonesia Raya yang bermelodi indah menghibur hari seninku. Entah aku tidak tahu alasan apa yang membuat aku dimasukkan dalam grup paduan suara, keluargaku memang berasal dari keluarga musisi tetapi suarakulah yang terjelek dari anggota keluargaku yang lain, aku hanya bisa membuat sajak-sajak lagu, untuk menyanyikannya aku butuh latihan ekstra dengan ayahku. Ayahku ketika sekolah menengah atas memiliki band yang katanya lumayan tersohor dikotaku, yang jelas aku bangga hanya saja aku sedikit kesal karena aku tidak pandai bernyanyi sepertinya.
      Aku berjalan mengikuti setapak untuk menuju ruang kelas, sepatuku kulepas agar tidak mengotori ruang kelas. Keadaan ruang kelas yang teramat kotor sehingga nasib petugas piket yang sedang mengalami keterpurukan karena harus mengepel, tetapi ini juga kesedihanku karena tidak upacara hari senin, agak aneh siswa lain dengan senangnya mengibarkan bendera kebebasan tidak melaksanakan upacara tetapi bagiku itu adalah musibah. Sebenarnya ada alasan lain juga sih yang membuatku sangat rajin untuk mengikuti upacara, ada pemandangan indah dan melodi yang teramat indah pula. Sudah dua pekan sekolahku tidak upacara hari senin hanya apel perwakilan bergilir setiap kelas saja, itu membuatku resah yang teramat resah.
      Rumus kimia yang membuatku pusing dengan segala kerumitannya, bukankan bahagia itu sederhana bukan rumit seperti ini? Menyelesaikan satu soal kimia saja aku sudah merasakan kebahagiaan yang luar biasa, bahagia itu kadang rumit dan perlu usaha. Seandainya ada sosok yang lewat sekejap saja maklum dua pekan terakhir ini jarang sekali bertemu dengannya dan mengapa aku juga kesal jika tidak ada upacara hari senin?
      Angin sembirit melayangkan kabar entah bahagia atau membuat keresahan, aku duduk dipojok depan, sekelebat ada bayangan yang aku sangat hapal dengannya aku tidak menyangka tepat diangka 11:11 dia datang menuju kelasku dan meminta izin pada guru yang sedang mengajar untuk mengumumkan sebuah informasi.
      Gerimis berhenti sekejap, terik mentari muncul dengan tiba-tiba, panasnya hingga sampai menghanguskan hatiku, mulai saat itu aku berhati dingin pada kakak kelas yang teramat aku bangga-banggakan sejak awal aku masuk ke sekolah menengah. Lomba paduan suara akan diadakan seminggu lagi, namaku tidak tersebut diantara belasan anak paduan suara yang biasanya ada pada upacara hari senin tersebut, betapa malunya aku tidak tersebut padahal keluargaku mayoritas dari musisi, aku kalah telak dengan senioritas kakak kelas yang kubanggakan tersebut. Sosok WR Supratman yang pernah kulabelkan padanya hilang. Lenyap. Dia sangat sombong dan angkuh, aku juga baru sadar, dia sudah memiliki kekasih, hatiku makin hancur berkeping-keping seperti penghapus murahan yang kuremat di genggaman tanganku.
      Ingin kuakhiri segala tentang lagu, puisi, musik, melodi dan entah apa yang tersangkut paut didalamnnya, aku kehilangan jiwa WR Supratman. Hari- hari ku lewati tanpa irama, upacara hari senin terkesan membosankan karena harus bertemu dengannya, melihat tersenyum-senyum dengan wanita disampingnya dan ingin rasanya kuberlari menghapus memori tentang kakak kelas yang merubah diri ini. Teman-temanku memprotes perubahan yang amat drastis pada diriku, aku tidak ingin menyalahkan mereka ini murni kesalahanku yang telah salah melebihkan dan mengagumi sosok yang memang bukanlah seperti WR Supratman yang selama ini selalu kukagumi. Mencintai memang tak seharusnya memiliki membiarkan hatinya bahagia, tetapi ini sangat sulit untukku melihat dirinya bersanding dengan selain diriku. Aku ingin meminta maaf pada diriku sendiri atas kebodohanku.
Sajak terakhir

Tanpa kata
Tanpa ucap
Rindu sudah kubuang
Maaf untukku
Dikeheningan malam, kucoba renungkan
WR Supratman
Tiada lagi yang ada selain dirimu
Aku menunggu,
menunggu dengan ikhlas
Sosok seperti dirimu
Sajak terakhir kuukir  diatas air yang mengalir
Selamat tinggal.
     

Melupakan rindu dan luka yang mendera, cinta tidak akan melukai, biarkan aku menanti cinta yang belum kujejaki. Kutinggalkan sajak pelampiasanku, aku bangkit dan memulai hari tanpa mengingatnya lagi, aku percaya cinta akan dipertemukan dengan jodohnya, suatu saat.

Sunday, 15 May 2016

The Little Thing Called Partner Business : ASUS




The Little Thing Called Partner Business : ASUS

Ever you think that business is very good prospect? If you student, you may think that business requires hardwork, creativity, innovation. If you have a child and you think that work is very busy and businesss better than work in ofice. That’s right. In Indonesia have a good job goverment to push up peoples to build small to big business.
The goverment support UKM (Usaha Kecil dan Menengah), micro business, and macro business. In campus there was an program called PKM-K (Program Kreatif Mahasiswa  Kewirausahaan), the programe to developed the student collage in business creatif. In 2015 me and friends choosen by goverment (Kemenrstekdikti) to realization about our proposal PKM, thanks for God. My team’s proposal PKM-K is all about Lumpia low cholesterol, healthy, cheap, and we called it Lumpur (Lumpia Isi Campur-Campur). The composition of Lumpur are papaya leave, chicken with low cholesterol, and ect. I think business are combine between production and distribution.



The production need something to be  interesting product and I think good looking in our product is very important. The product must well labelling. The label made by application in PC. After that the business need right promotion and distribution. Now, the world can connect to another with simple procedure. Its our opportunity to promotion in the internet. My PC connected the internet to product promotion. I can realize that the PC is very support our programe.
Business is system and to create it, you can’t walk alone. The best partner is big reason your business to be nice job. My best partner business is ASUS, slim and small netbook can change my daily. The battery very good can be save until 9 hour, high definition LED backlight, ergonomic chiclet keyboard, and dual core CPU. ASUS is multimedia enjoyment with graphics acceleration and go anywhere in style.

ASUS support the Indonesia’s goverment business programe specifically in micro business and UKM with product friendly. And than ASUS progress with new trend and grow positive in notebook brand number one in Indonesia and Southeast Asia. I have a notebook ASUS and I imagine that someday have a good PC dekstop ASUS. The PC dekstop ASUS have an ASUS Business Manager fitur to manage and save the good system and some type has an tool less design to support and upgrade my business.  The ASUS PC are slimmer and economic energy, I can be able to put it in anywhere, so it can be ideal solution for my business.
PC Desktop Category: ( source of www.asus.com)
• M32CD with Intel Core i7 processor & Intel Core i5 processor

 







VivoPC M32CD is powered by the 6th generation Intel® processors to give you significantly faster and more efficient multitasking performance over previous iterations. DDR4* memory provides speeds twice faster than DDR3. VivoPC M32CD enhances your daily computing experience, making online shopping, writing blogs, conducting presentations, or watching movies all the more enjoyable.

• K31AD with Intel core i3 processor

 



1.      Windows 10 Home or other editions available
2.      4th Generation Intel® Core™ processor-based platform
3.      USB 3.0 transfers data 10X faster than USB 2.0
4.      Easy sharing with 100GB ASUS Webstorage
5.      Surpassing international standards with strict quality control

• K31AD / K31AN with intel Pentium processor 

1.      Windows 8.1 or other editions available
2.      Intel® Pentium® processors for productive multitasking and energy efficiency
3.      ASUS SonicMaster audio technology and intuitive AudioWizard interface for enhanced sound quality
4.      Easy sharing with 100GB ASUS Webstorage
5.      Surpassing international standards with strict quality control


• K31AM-J with Intel Celeron processor

1.      Windows 8.1 or other editions available
2.      Intel® Celeron® processors for productive multitasking and energy efficiency
3.      ASUS SonicMaster audio technology and intuitive AudioWizard interface for enhanced sound quality
4.      SuperSpeed USB 3.0 with Ai Charger
5.      Easy sharing with 100GB ASUS Webstorage
6.      Surpassing international standards with strict quality control                                                                                                                                                                                  





                                                                by Dwi Utami



Tuesday, 15 September 2015

BERKARYA DENGAN ZENPAD C 7.0

BERKARYA DENGAN ZENPAD C 7.0
(oleh Dwi Utami)
                                                                                                                                                     
          Sekolah menengah pertama, di zamanku saat itu seperti zaman batu yang masih sedikit kolot dengan teknologi apalagi yang bernama komputer karena pada saat sekolah dasar hanya pada saat kelas lima dan enam yang mulai mengoperasikannya. Tugas individu maupun kelompok dengan keharusan mengetik di komputer harus kulakukan, mau tidak mau ya harus berhubungan dengan komputer. Saat itu sering banget ke warnet mengerjakan tugas bareng teman, tugas indivudu pun berujung menjadi pekerjaan kelompok. Alangkah indah jika saling membantu.
Meninggalkan sedikit cerita tentang masa menengah pertama yang masih unyu, dan menuju sekolah menengah atas yang menumpuk dengan tugas-tugas dan presentasi yang mengharuskan untuk memiliki sebuah laptop. Saat itu masih barengan sama saudara, belum memiliki hak sepenuhnya untuk kepemilikan laptop atau apalah itu. Agak miris banget sih tugas menumpuk, pinjam laptop sana-sini, ya di buat happy aja. Titik lelah itu ada. Saat aku mulai bermimpi mempunyai sebuah laptop, aku akan berkarya. Cita-cita yang sepele itu terwujud setelah sebuah laptop tidak sengaja tersiram akibat kecerobohanku dan itu bukan milikku dan akhirnya aku bergegas untuk membeli laptop sendiri. Segenap usaha  kulakukan dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kesalahan yang membawa luka itu menyadarkan aku untuk berusaha dan berusaha lagi agar aku dapat memiliki laptop sendiri.
Jalan setapak berbatu hingga aspal licin kuseberangi hingga aku dapat bertemu dengannya hingga kini. Notebook ASUS bekas menjadi milikku saat ini. Tidak apa dan aku tidak mempermasalahkannya. Aku mulai berkarya dengannya. Langkahku tidak jauh denganya, tetapi aku takut jika dia sudah mulai lelah dan meninggalkanku, tugas-tugas dan karya-karyaku akan terkapar. Dan rasa takut kehilangan selalu mendera pikirku mungkin aku harus berusaha kembali untuk mencari penggantinya.
Jika mimpi indah akan terwujud nyata mungkin aku hanya dapat melakukan yang terbaik dari sebelumnya. Mimpiku adalah memiliki ASUS ZenPad C 7.0. Dia akan berada di sisiku menggantikan ASUS bekas yang mungkin sudah teramat lelah bersamaku. Kulihat secercah harapan di sebuah internet yang mengadakan lomba kontes blog tentang ASUS. Aku tak ingin melewatkannya. Takdir yang menentukan keberadaannya bersamaku  tetapi ada pula kata perpisahan untuk mengakhirinya. Aku tidak ingin melihat dia yang teramat lelah dan izinkan aku menggantinya dengan ZenPad C 7.0 sehingga aku dapat terus untuk berkarya.

ASUS kini menghadirkan ZenPad, dengan ukuran 7 inci. Aku melihat dengan seksama di internet, dan aku mulai menaruh hati padanya.Tablet terbaru dengan sistem operasi Android 5.0 Lollipop dan diperkuat oleh prosesor Intel Atom x3-C3230 Quad-Core 64-bit yang mampu  menawarkan kemampuan tinggi dan hemat energi. Cocok untuk berkarya dan enak dibawa dimana saja. Jika dia dapat menggantikan netbook ASUS-ku yang sudah lelah itu, aku akan lebih bersemangat untuk berkarya
Aku memiliki hobi menulis terutama menulis cerpen dan puisi. Setiap langkahku aku selalu terpikirkan tentang kehidupan sehingga di dalam benak ini selalu ingin menuangkan sesuatu dalam bentuk tulisan agar setiap momen akan selalu terukir dengan indah. Entah di jalan, di kerumunan, di tempat sepi, gelap nan sunyi aku selalu mencoba mengingat hal- hal apa yang ingin kutuliskan, tetapi penyakit lupa sering laki kambuh ketika mengingat. Saat ini aku masih menggunakan notebook ASUS sehingga harus menunggu sampai rumah untuk menuangkan sesuatu yang ingin kutulis itu.
Menapa ASUS? Rasanya aku sulit untuk lepas dari namanya karena notebook pertamaku walaupun bekas sangat membantuku dalam berkarya. Tampilannya cocok untuk anak muda dan banyak varian warna.

ZenPad C 7.0, memudahkan aku saat memiliki inspirasi di jalan dan aku dapat langsung menyimpannya dengan mudah. Gaya yang simple dan modern sangat cocok dikalangan pelajar maupun mahasiswa. Baterai yang tahan lama sangat mendukung untuk hiburan saat perjalanan jauh, disaat itu kita bisa mendengarkan musik maunpun dapat berkarya saat melihat pemandangan indah di jalan. ASUS ZenPad C 7.0 memberi kemudahan untuk menjalankan aktifitas tanpa membosankan. Usaha dan doa akan mengiringi langkahku untuk mewujudkan keberadaanmu menemani hari-hariku. ZenPad C 7.0 semoga dapat terwujud dan dapat memberi inspirasi dalam setiap karyaku.



 @dwi_utamimoz

Sunday, 13 September 2015

cerpen : Urai Kelopak Mawar dan Perjuanganku

Urai Kelopak Mawar dan Perjuanganku
( oleh Dwi Utami )

Jika ini memang terbaik untukku, aku akan rela melepaskan kesempatan ini. Aku sungguh tidak tahu untuk apa jika aku hidup dengan egois dan tidak memikirkan keluargaku. Keputusan ini sungguh sulit untukku terima tetapi ini adalah terbaik untukku. Tiga tahun lalu, adikku terserang penyakit aneh, sungguh ini cobaan yang amat luar biasa, ibuku hanya seorang ibu rumah tangga, dan ayahku hanya seorang pegawai negeri sipil yang sulit untuk ganti golongan karena hanya lulusan sekolah menengah atas. Kakak pertamaku sudah bekerja di luar negeri menjadi tenaga kerja Indonesia tetapi ironisnya dia belum kembali pulang, kakak keduaku, dia hanya seorang isteri yang  dipinang oleh keluarga yang sepadan dengan keluargaku dengan kata lain dia juga memiliki beban keluarganya sendiri dan tidak lagi mampu membantu orangtuaku untuk mengobati adikku.
Aku ingin melanjutkan sekolah. Hati ini kacau untuk memikirkannya, setelah lulus sekolah menengah atas, aku ingin melanjutkan kuliah, ini seperti mimpi dalam benakku. Entah mengapa aku menginginkan sekali. Buku tebal dan sebuah laptop, tas jinjing, itu hanya khayalan bagiku.
Aku bekerja di toko kecil yang penghasilannya juga pas-pasan untuk makan sehari-hari, setelah lulus sekolah aku baru bisa berpikir bahwa beban orangtuaku sangatlah berat, aku tidak ingin menambah beban lagi untuk mereka, lalu kuputuskan untuk mencari kerja yang dekat dengan tempat tinggalku agar tidak perlu membayar uang kos. Sebulan yang lalu pengumuman snmptn tersebar di surat kabar, aku hanya asal-asal membeli koran pada saat itu ketika pulang kerja. Alhasil, aku diterima di perguruan tinggi favorit dan prodi yang memang  menjadi impianku. Impianku kandas begitu saja melihat kondisi keluargaku yang tidak memungkinkan untuk mengambil keputusan untuk melanjutkan sekolah. Apa kata tetangga? Jika aku bertekad mengambilnya, mereka pasti berargumen, “ndak kasihan sama adikmu yang sakit-sakitan, orangtuamu juga ndak bakalan bisa menyekolahkanmu, apalagi nduk, kamu juga perlu kos, makan, perlu biaya banyak ..” itu bisa dibayangkan betapa tidak pedulinya mereka dengan hidup seseorang. Niatku untuk melanjutkan sekolah menguap bersama air laut.
Nduk, kamu tahun besok harus ikut ujian masuk perguruan tinggi, ya, Ibu ndak mau lihat kamu seperti Ibu yang tidak bisa membahagiakan kamu.” Air mata ini mengalir deras mendengar perkataan yang membuat hatiku teriris sakit sekaligus meredakan kegalauan yang amat besar. “ Bu, bagaimana Salma bisa sekolah, Salma belum mengumpulkan uang sepeser pun untuk kuliah tahun besok?”
Nduk, berdoalah mudah-mudahan kamu diberi rezeki dan belajarlah yang sungguh- sungguh.”
Aku tidak tahu dan tidak yakin dengan apa yang sedang melanda hidupku, aku menyesal melanjutkan bangku sekolah menengah atas, seharusnya aku melanjutkan di sekolah menengah kejuruan, mungkin keahlian menjahitku akan terasah, tetapi itu kesalahanku terdahulu dan aku tidak ingin mengulanginya kembali.
Tuhan berikanlah aku hidup yang selayaknya, aku tidak tahu mengapa aku sudah merasa lelah dengan semua ini? Maafkan aku.
Saat-saat terberat dalam hidup kita adalah saat kita mengambil keputusan saat itulah kita memiliki tanggung jawab atas keputusan kita. Aku bahagia, masih sanggup bahagia karena satu alasan, aku memiliki orangtua yang sangat bertanggung jawab.
Terik mentari melelehkan pikirku, aku bekerja dengan giat dan tak lupa untuk membuka soal-soal yang bisa kupersiapkan sebelum ujian tulis masuk perguruan tinggi. Tiap pagi aku berangkat kerja menggunakan sepeda mini yang sudah berkarat, dia selalu menemani langkahku pergi. Sore pun datang dengan membawa seberkas senyuman hangat, angin sore mengantarku pulang ke rumah. Malam-malamku agak penat denga soal-soal ujian masuk perguruan tinggi. Cinta tak mungkin berakhir dan aku tidak akan meninggalkan rutinitas ini sebelum aku diterima kembali di perguruan tinggi yang aku impikan.
Sinta, dia adalah adikku tercinta, sedih rasanaya saat melihat dia harus bolak-balik ke rumah sakit untuk cuci darah di usia dininya, aku tidak tahu penyakit apa yang telah menggerogoti tubuh kecil itu, aku akan selalu berada di sampingnya selagi aku masih bersamanya.
“ Kak Salma rajin banget,” kata-kata indah yang ia lontarkan dihadapanku saat aku belajar di malam hari.
“Iya, kakak ingin jadi perawat, biar bisa merawat kamu gratis sampai kamu sembuh, maafkan kakak ya, saat ini kakak belum bisa bantu kamu,” aku mencoba menghiburnaya agar dia bersemangat untuk bisa melawan penyakitnya.
Satu bulan berlalu dengan rutinitas yang mungkin bisa membuat raga dan jiwa ini bisa menyerah kapanpun. Namun itu tidak akan bisa, aku masih kuat dengan semua ini, aku bersyukur ibuku mendapat pekerjaan sambilan yang agak lumayan, dia memang sosok wanita yang tidak mungkin melimpahkan beban keluarga pada suaminya, tentu dia rela berkorban dengan ringan tangan membatu meringankan beban keluarga. Aku sudah terbiasa dengan sayur yang nangka yang dihangatkan hingga berhari-hari, tapi aku tidak bisa melihat adikku yang menderita karena penyakit juga memakan dengan makanan yang sama denganku. Aku tidak tega melihatnya, tiga hari sekali aku membelikannya susu, sayuran bergizi, dan aku berharap dia diringankan penyakitnya.
Hujan deras mengguyur atap rumah yang sudah renta ini, air membanjiri lantai lusuh, dingin amat dingin tidak seperti biasa. Sayur pepaya yang dimasak saat pagi sudah sedingin tubuh ini. Aku, adikku, dan orangtuaku makan dengan sepenggal cerita. Tiba-tiba cerita kami terhenti, petir menyambar hati keluargaku, hujan membasahi isak tangis keluargaku. Sinta, kini tidak ada di dunia fana ini yang membuatnya harus bolak-balik mencuci darahnya dan menahan sakit. Dia meninggalkan dunia bersama aliran air yang suci, semoga jiwanya dijaga dengan suci pula.
Satu minggu kepergian Sinta berlalu dan rutinitas belajarku berakhir di hari Selasa ini, untuk pertama kalinya aku merasakan panas dan dingin secara bersamaan di dalam satu ruang, aku seperti ingin di eksekusi dan aku adalah sebagai tersangkanya. Tidak. Aku harus berkonsentrasi dan tidak boleh berpikiran negatif saat mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi ini. Jemariku kaku hingga otakku beku. Sekelebat bayangan wajah Sinta muncul dipikirku. Konsentrasi dan kerjakan soal! Aku telah berjanji dengan adik tercintaku aku akan menjadi perawat meski kini aku tidak bisa merawatnya kembali, tetapi setidaknya aku harus menepati janjiku, karena ini adalah janji mati.
“Waktu mengerjakan tinggal sepuluh menit lagi,” pengawas memberi petunjuk waktu pengerjaan. Debar jantung ini mengalahkan rasa takutku. Aku mengoreksi jawaban dan mulai berkemas meninggalkan bangku panas-dingin itu. Aku ingin meninggalkan soal yang begitu membuatku pusing dan mual secepatnya.
Aku meninggalkan ruang eksekusiku, aku dapat mengalahkan rasa berkecambukku, aku yakin aku akan jadi pemenang. Aku tidak akan mengalah, tetapi  aku akan menyerah pada yang kuasa saat ini, besok, dan lusa. Jika ini terbaik untukku dari-Nya maka aku akan menerimanya. Sungguh aku akan menyerah di hadapan-Mu, aku ingin menjadi anak yang berguna untuk semua, maka izinkanlah, tunaikanlah hajat hamba-Mu yang lemah ini. Aku ingin membahagiakan orangtuaku, itu cukup dan selebihnya karunia yang Maha Kuasa. Tuhan yang memiliki rencana, maka aku hanya bisa melakukan yang bisa kulakukan. Semoga ini terbaik untukku dan oleh-Nya.
                 “Salma, coba lihat pengumuman online-nya, aku sudah diterima”, pesan singkat dar      i teman seperjuanganku. Syukur aku panjatkan, teman-temanku telah banyak yang sudah di terima setelah menunggu satu tahun kemudian. Aku mendapat pekerjaan shif malam, tidak mungkin bagiku untuk meninggalkan pekerjaanku. Aku harus menunggu satu jam lagi. Sabar. Baru kali ini aku merasa waktu satu jam amat lama seperti setahun telah berlalu. Akhirnya, yang kutunggu pun datang, ibuku menjemputku karena sudah berjanji untuk menemaniku melihat hasil ujian tertulis masuk perguruan tinggi.
          Aku sudah tidak bisa merasakan tiupan angin yang dingin, tetapi aku hanya bisa merasakan betapa dinginnya kedua tangan ibuku yang setia menemaniku mengayuh sepeda untuk mengantarkan aku ke warnet.
          Sudah aku prediksikan, impian menjadi kenyataan, aku tahu dan aku percaya, Tuhan akan memberi sesuatu tepat pada waktunya. Aku bisa. Aku diterima. Aku akan merawat orang yang juga merasakan sakit seperti adikku.
         Syukurku yang tiada terkira kupanjatkan, urai air mata kebahagiaan membasahi wajah ibuku, senyum dan tangin menjadi padu. Jika Sinta berada disini, dia akan tersenyum juga. Aku tidak sabar memberi kabar bahagia untuk ayahku, beliau pasti akan kagum dengan perjuangan anaknya selama ini.                        
          Langkah dan pikirku tidak terhenti begitu saja, aku harus memecahkan kendala dan menghapus kekhawatiranku. Beasiswa, itu adalah kunci yang harus kucari. Aku menghubungi teman-teman yang sudah kuliah satu tahun yang lalu, aku harus dapat beasiswa itu.
“Salma, tenang saja banyak beasiswa kok, aku akan menemanimu mengurus beasiswamu, aku tahu kamu bisa melanjutkan sekolahmu” sepotong kalimat Hana yang dapat melegakan perasaanku, hatiku.
         Untuk Sinta, adikku tersayang
         Kakak telah menepati janji, kamu tenang di alam sana, kakak akan mendoakanmu.
         Kelopak mawar jatuh satu per satu dengan urai bunga krisan di tanah yang basah.

Hidupku tak akan ku sia-siakan, jiwa ini akan selalu mengabdi pada negara ini dan untuk anak-anak Indonesia yang senasib dengan adikku, aku akan merawat kalian sepenuh hatiku.

Saturday, 29 August 2015

KENDARAAN UMUM KARAKTER SOLUSI KEMACETAN

KENDARAAN UMUM KARAKTER SOLUSI KEMACETAN

      Jumlah kendaraan pribadi di Jakarta terus meningkat setiap tahunnya, mereka memilih kendaraan pribadi yang menurut mereka lebih aman dan nyaman untuk bepergian apalagi jika macet berjam-jam, sedangkan kendaraan umum yang dinilai bising, kurang aman dan tidak begitu menarik. Padahal salah satu solusi untuk mengurangi kemacetan adalah penggunaan kendaraan umum. Jika menggunakan kendaraan umum sepuluh orang berada dalam satu mobil berbeda dengan kendaraan pribadi yang terkadang didalamnya hanya terdapat satu orang sehingga terdapat sepuluh mobil.

      Kendaraan umum dengan beragam kekurangan akan menarik apabila diubah menjadi sesuatu yang kekinian yaitu yang unik,menarik,aman, dan nyaman. Misalnya kendaraan diberi karakter kartun atau komik pejuang bangsa sehingga anak-anak hingga orang tua dapat menikmati sisi estetika di jalanan ibukota.Selain itu dapat ditambah karakter pahlawan sehingga kendaraan umum tersebut dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa, karakter tersebut dapat berupa karikatur para pejuang Indonesia dengan kekhasannya, misalnya karakter Kartini dengan  quotes dalam karyanya “Habis Gelap Terbitlah Terang” sehingga para pemuda di Indonesia mengerti tentang kisah para pejuang di Indonesia. Realisasi proyek tersebut juga bertujuan untuk meremajakan kendaraan umum yang ada di ibukota sehingga pengguna tidak mempermasalahkan kembali kenyamanan yang ada.


      Polisi berperan mensosialisasikan penggunaan kendaraan umum karakter terutama pada kalangan pelajar yang belum mendapatkan surat izin mengemudi (SIM). Polisi dapat menjadi pioner dalam merealisasikannya yakni dengan karakter pejuang bangsa dalam mobil polisi sehingga masyarakat lebih patuh dan taat pada aturan. Penulis menyadari bahwa dalam merealisasikan kendaraan umum karakter ini membutuhkan perencanaan yang matang dan anggaran, tidak ada solusi yang ampuh selain memberi yang terbaik dan dukungan banyak pihak untuk menyudahi kemacetan di negeri ini.

@dwi_utamimoz